Senin, 10 Oktober 2011

Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktivitas (Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD))


Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktivitas
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD))

ADHD adalah suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Tiga masalah pokoknya adalah: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, kesulitan dalam pengendalian dorongan/keinginan dan aktivitas berlebihan. Lebih jauh lagi dapat digambarkan dengan kurangnya motivasi belajar dan mengatur perilaku. Dahulu masyarakat menyebutnya dengan anak nakal/anak yang sulit diatur. Mereka disebut pemalas, pembangkang, atau keras kepala. Lebih banyak anak laki-laki yang mengalami ADHD dibandingkan dengan anak perempuan. Jumlahnya terus meningkat hingga selalu didapati anak ADHD di sekolah sekitar 5-10% jumlah murid.

Ciri anak dengan ADHD
Ciri dari anak ADHD dapat terlihat dari beberapa perilaku yang muncul seperti:
Guru mengeluh anak kurang fokus pada saat guru menerangkan/ perhatiannya mudah teralihkan; anak sering tidak mengikuti perintah guru/tidak mendengarkan perintah; anak sering gagal pada pengerjaan tugas yang memerlukan ketelitian; daya ingatnya pendek/sering lupa; sering asal mengerjakan; kurang terorganisir, sering lupa menaruh barang atau kehilangan barang; sering menghindar dari tugas yang memerlukan konsentrasi; sering melamun; menulis masih acak-acakan. Anak dengan ciri tersebut disebut dengan ADHD tipe inattention.
Ada pula ADHD tipe Hiperactivity/Impulsivity. Cirinya juga dapat dilihat dari perilakunya seperti: berlari-lari/melompat pada situasi yang tidak tepat, sulit mengontrol perilakunya, anak selalu bergerak seperti tidak pernah lelah, anak tidak bisa duduk diam (sering menggerakkan kaki dan tangannya saat duduk), sering meninggalkan tempat duduk saat di kelas/disuruh duduk diam, bicara berlebih/menyela pembicaraan orang lain, sulit menunggu giliran, tugas sering tidak selesai (terutama yang memerlukan konsentrasi).
Bisa juga anak memiliki ciri keduanya dari ADHD inattention dan hyperactivity/impulsivity. Biasanya perilaku tersebut muncul pada 2 situasi atau lebih dan perilaku tersebut sudah nampak lebih dari 6 bulan dan sebelum anak berusia 7 tahun. Ada kalanya anak di usia tertentu berperilaku demikian, sehingga untuk menegakkan diagnosa, harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak yang normal.

Mengapa Kita Perlu Prihatin?
1.       Anak-anak dengan ADHD beresiko tinggi untuk gagal di sekolah.
Sebagian besar anak ADHD tidak berprestasi di sekolah. Anak ADHD memiliki kecerdasan normal bahkan diatas rata-rata namun taraf kecerdasan yang dimilikinya tidak sesuai dengan nilai yang diperolehnya di kelas. Akibatnya cukup banyak anak dengan ADHD tinggal kelas. Kegagalan mereka biasanya karena kesulitan menulis, membaca atau tidak menyelesaikan ujian yang diberikan atau tidak paham karena tidak bisa konsentrasi saat belajar/saat guru menerangkan. Sebagian dari mereka drop-out sebelum lulus SMA.
2.       Jika tidak tertangani, mereka dapat mengalami masalah-masalah sosial yang serius.
Masalah-masalah sosial yang muncul biasanya: kesulitan bergaul/mempertahankan pertemanan, dijauhi teman karena suka mengganggu dan tidak taat aturan, sering terlibat konflik dengan teman dan anggota keluarga, sering dihukum guru sehingga anak memiliki persepsi diri negatif, di kemudian hari menjadi anak yang sulit diatur dan melanggar norma-norma atau mengalami depresi. Masalah sosial yang muncul biasanya berhubungan dengan bagaimana lingkungan sosial menilai dan berinteraksi dengan mereka.

Penyebab
Penelitian mengenai penyebab ADHD bermacam-macam namun kebanyakan disebabkan karena masalah fungsi biologis.
1.       Luka otak (brain damage/brain injury)
Penyebab utama hiperaktivitas adalah luka otak akibat kecelakaan pada daerah kepala atau trauma kelahiran yang mengakibatkan disfungsi minimal otak. Luka otak ini dapat terjadi pada saat kehamilan atau pada saat kelahiran. Pada saat kehamilan seperti konsumsi alcohol oleh ibu, infeksi atau obat-obatan yang diminum ibu. Masalah pada saat kelahiran yaitu kurangnya oksigen ke otak pada bayi. Seiring berjalannya waktu, anak yang mengalami kecelakaan dan mengenai daerah otakpun dapat mengalami luka otak.
2.       Keturunan
ADHD bisa disebabkan karena faktor keturunan. Anak dengan ADHD memiliki struktur otak frontal lobes (area yang bertanggungjawab terhadap aktivitas dan gerak) dengan aliran darah yang lambat, penggunaan glukosa berlebih dan gelombang otak yang aktif. Biasanya ADHD yang disebabkan faktor keturunan, anak memiliki orangtua dengan ciri frontal lobes yang sama sehingga perilakunya sama.

3.       Keracunan Timah Hitam
Timah hitam biasanya ada di lingkungan. Timah hitam ada pada bensin/polusi kendaraan, penambal gigi, cat tembok yang sudah lama dan terkelupas.
4.       Faktor Psikososial
Interaksi keluarga dengan pola asuh yang salah, konflik pernikahan di antara kedua orangtua, interaksi anak dengan orangtua yang kurang harmonis, orangtua yang tidak konsisten, kurang sabar dan menggunakan hukuman fisik menjadi penguat anak dengan ADHD.

Anak dengan ADHD perlu ‘dikelola’ dengan benar agar pertumbuhannya maksimal. Dengan bantuan para ahli dan berbagai multidisipliner akan sangat membantu perkembangan anak di kemudian hari. Tidak semua anak mudah terganggu, pelupa atau aktif disebut anak dengan ADHD. Gejalanya perlu diperhatikan sampai pada tingkat ketidaksesuaian dengan tingkat perkembangan anak pada umumnya. Melalui pemeriksaan yang lebih mendalam dapat diketahui anak memang ADHD atau hanya berperilaku aktif tanpa ADHD atau bahkan akibat dari gangguan mental lain. Melalui pemeriksaan lebih lanjut secara klinis, akan jelas terlihat mengenai pelemahan yang signifikan. Kenali gejalanya dan bantulah anak sedini mungkin.

Stefani Pekasa, SPsi, MPsi
Psikolog RSIA Sumber Kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar