Jumat, 21 Oktober 2011

SEPUTAR GURITA BAYI


         Ayah & Bunda yang terkasih, pastinya banyak yang tahu tentang pemakaian gurita pada bayi, suatu tradisi yang sudah turun temurun dalam merawat bayi di Indonesia. Tradisi ini tetap melekat karena tidak dipungkiri banyak pasangan muda yang baru dikarunai anak masih tinggal bersama orang tua ataupun tinggal bersama orang tua setelah melahirkan. Saat-saat inilah tradisi tersebut biasanya diteruskan karena nenek & kakek turut serta membantu merawat anggota keluarga baru yang telah dinantikan.  Lalu sebenarnya apakah betul gurita bermanfaat bagi bayi?

       Ada beberapa mitos yang masih diyakini terkait dengan pemakaian gurita, antara lain dapat mencegah perut buncit dan pusar bodong. Pendapat ini ternyata kurang tepat karena pada dasarnya semua perut bayi memang lebih besar daripada dada. Besar kecilnya perut ditentukan oleh ketebalan kulit, lemak dan otot perut yang berfungsi menahan daya dorong isi perut agar usus tidak keluar. Pada bayi kulit, lemak maupun ototnya masih tipis karena belum berkembang sehingga kelihatan seperti kembung dan besar. Sehingga sekuat apapun gurita diikatkan ke perut bayi tetap tidak akan membuat perut tidak buncit, secara alamiah perut akan mengecil dengan sendirinya seiring pertumbuhan bayi. Demikian pula dengan pusar bodong, bayi mempunyai pusar bodong karena sejak awal pangkal dari tali pusatnya memang besar. Jadi bukan karena tidak dipakaikan gurita pusarnya menjadi bodong.

       Mitos yang lain adalah dengan pemakaian gurita dapat mencegah bayi masuk angin! Dalam dunia medis tidak dikenal istilah tersebut, mungkin yang dimaksud adalah aerophagia, kondisi di mana lambung bayi terisi banyak udara sehingga terlihat kembung. Keadaan ini biasanya disebabkan bayi banyak menangis ataupun bayi tersebut minum susu botol dengan posisi yang kurang tepat sehingga justru lebih banyak udara yang masuk.

         Secara medis pemakaian gurita pada bayi tidak dianjurkan karena banyak kerugian yang ditimbulkan. Gurita membuat sebagian besar kulit bayi tertutup rapat, hal ini menyebabkan keringat yang dihasilkan tidak dapat keluar karena terhalang gurita. Kondisi tersebut akan menyebabkan rasa gatal pada bayi dan bayi akan menjadi rewel, secara fisik ditandai dengan kulit yang berwarna kemerahan.

        Selain itu pola pernafasan pada bayi adalah pernafasan perut yang lebih dominan, tidak seperti orang dewasa yang lebih banyak menggunakan pernafasan dada. Bila gurita dipakaikan dengan kuat maka proses pernafasan akan terhambat dan bayi menjadi sulit bernafas. Pemakaian gurita juga dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan organ – organ dalam seperti lever, jantung dan limpa.

         Berdasar berbagai penelitaian, gurita ternyata juga dapat meningkatkan kasus Gastro esophageal refluks (GER), yaitu kembalinya makanan yang telah masuk ke dalam lambung. Dikhawatirkan bila muntahan hanya sampai kerongkongan akan menimbulkan terlukanya saluran cerna dan anak akan mengalami muntah yang cukup sering sampai besar.

         Ayah & Bunda, memang tidak mudah melepaskan diri dari tradisi yang telah kuat mengakar. Namun sekilas informasi tersebut semoga dapat dijadikan acuan dalam merawat buah hati terkasih agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sampai berjumpa dalam rubrik ini di lain waktu. Salam

dr Lucia Dewi Puspitasari
RSIA Sumber Kasih