Minggu, 16 Oktober 2011

Belum punya momongan,siapa yang bermasalah ?


Dalam topic berikut akan dibahas tentang siapa saja yang harus diperhatikan/diperiksa bila pasutri belum mendapatkan momongan.

            Sebenarnya bukan hanya wanita yang menentukan terjadinya proses kehamilan, tapi pihak pria pun sangat berperan. Selama ini terdapat pemahaman dan kecenderungan masyarakat “mengarahkan jari telunjuk” bahwa wanitalah penyebabnya bila pasutri belum hamil setelah pernikahan dilangsungkan. Hal ini jelas merugikan kaum wanita karena secara psikologis tekanan mulai timbul. Perlu diingat bahwa benih laki-laki tidaklah luput dari masalah. Sering juga kita mendengar adanya pasangan yang kebetulan menikah sedangkan sang suami telah mendapat keturunan dari pernikahan sebelumnya mengungkapan, “saya kan sudah punya anak” padahal dengan bertambahnya usia, pekerjaan, maupun perubahan perilaku seperti kebiasan merokok (telah dibuktikan oleh banyak penelitian) menyebabkan produksi benih laki-laki menurun bukan hanya jumlahnya tetapi juga kualitasnya. Kita dapat membuktikan hal ini sewaktu pemeriksaan rutin suami (analisa sperma) pasutri yang menginginkan kehamilan saat diperiksa di laboratorium dan diperoleh jumlah spermanya kurang dari standar WHO (> 20 juta sperma/mL air mani), bentuk sperma yang tidak sempurna, maupun pergerakan sperma tidak lincah (jumlah, bentuk maupun kelincahan pergerakan sperma sangat penting untuk mencapai benih/telur wanita di dalam saluran telur saat masa subur pada pertengahan bulan). Dengan demikian jelas laki-laki sangat menentukan hamil atau tidaknya seorang wanita, dan hal inilah yang menyebabkan mengapa laki-laki perlu diperiksa bila pasutri belum mendapat kehamilan. 

            Faktor berikutnya yang harus diperiksa adalah pihak wanita itu sendiri. Organ tubuh wanita untuk kehamilan (organ reproduksi) cukup rumit. Bila diuraikan dari bawah ke atas mulai dari organ intim bagian luar, kemudian saluran senggama (vagina), mulut rahim (serviks), lapisan lendir rahim (endometrium), saluran telur (tuba Fallopii), pabrik/indung telur (ovarium kiri dan kanan), dan yang juga penting adalah sistem koordinasi (otak dan hormon reproduksi) yang menggabungkan semua organ itu. Tampak bahwa begitu banyak bagian yang harus diperhatikan, dan kegagalan kehamilan (bila sperma suami sudah terbukti baik) dapat terjadi pada salah satu organ tersebut di atas, misalnya keputihan yang gatal dan bau pada masa subur sangatlah tidak bersahabat dengan sperma sehingga sperma tidak sampai kepada telur yang telah menunggu di saluran telur. Akibatnya telur tersebut kelelahan dan tidak matang dan berakibat kehamilan tidak terjadi. Demikian pula bila haid tidak teratur (lebih dari 1 bulan tidak mendapat haid, atau darah haid yang tidak berhenti- berhenti, mendapat haid 2 kali dalam waktu yang berdekatan), nyeri saat haid yang berulang tiap bulan, saluran telur yang tersumbat, maupun jumlah telur yang sedikit karena faktor usia akan menyebabkan kehamilan tidak tercapai.

Sebagai kesimpulan yang perlu diperhatikan untuk mencapai kehamilan adalah faktor benih suami yang sangat menentukan dan merupakan hal pertama yang harus diperhatikan, baru kemudian faktor istri yang meliputi organ reproduksi mulai dari organ intim bagian luar hingga pabrik telur dan hormon reproduksi yang mengendalikan semua organ tersebut. Apabila pasutri sudah memahami kesetaraan peran dalam kehamilan diharapkan “jari telunjuk” yang asalnya menuju ke satu arah berubah menjadi “belaian jemari lembut” yang menunjukkan kesamaan rasa dan pengertian di antara pasangan suami istri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar